Hidupku Tidak Sama Lagi

 Hidupku Tidak Sama Lagi


     Namaku Lia, aku berusia 18 tahun. Aku anak tunggal dari kedua orang tuaku. Ini adalah kisah hidupku 11 tahun yang lalu. Ketika sebuah kejadian yang mengubah hidupku untuk selamanya. Kejadian ini terjadi ketika aku masih kelas 2 SD. 


   Saat ini aku berusia 6 tahun, hari ini adalah pembagian rapor kenaikan kelas. Ayahku datang untuk mengambil rapor. Aku yang saat itu masih belum mengerti hanya berdiri di samping ayah ketika namaku dipanggil. Ayah pun segera menghampiri guruku. 


    "Selamat ya pak, nilai anak bapak cukup memuaskan" ucap Bu Anggi selaku wali kelas. " Anak bapak juga masuk dalam 10 besar di kelas, dia berhasil meraih rangking 8" ucap Bu Anggi. "Iya bu, makasih. Saya juga senang dan bangga sama putri cantik saya" ucap ayah. 


    Malam hari pun tiba, aku, ibu, dan ayah kami sekarang berada di kamar. Ayah pun menceritakan apa saja yang terjadi tadi saat pengambilan rapor. Setelah mendengar cerita ayah, ibu yang merasa senang langsung memeluk dan menciumku. Ini merupakan malam yang indah dan tidak akan terlupakan. 


    Beberapa bulan pun sekarang sudah berlalu. Hari ini aku merasa sedih, karena ayah tadi siang memarahiku. Ayah marah karena aku tidak ingin belajar untuk ulangan. Dan malam ini ibu mengajakku untuk menemui ayah yang sedang berada di kamar untuk meminta maaf. Sesampainya dikamar aku langsung menghampirinya. 


    "Ayah, maafin Lia ya…, Lia janji gak akan malas lagi. " ucapku sambil menunduk. "Janji ya, gak akan malas belajar lagi. " ucap ayah. Setelah berbaikan dengan ayah, kami pun bermain bersama sambil menghabiskan waktu sebelum waktunya untuk tidur. 


    Hari ini seperti hari-hari biasanya. Setelah ayah mengantarku pulang sekolah, ia langsung pergi berangkat kerja lagi. Ayah membuka toko sembako di pasar. Karena besok adalah hari sabtu, maka kakek datang kerumah untuk menjemput ku nginap di rumahnya. Keesokan harinya ibu datang untuk menjemputku pulang, saat itu masih pukul 17.00 sore. 


    Sesampainya dirumah aku langsung mencari ayah. "Ibu, ayah dimana? Masih kerja? " aku bertanya kepada ibu. "Iya ayah masih kerja, ayah juga gak pulang malam ini soalnya ayah lagi nginap dirumah temannya" ucap Ibu memberitahu keberadaan ayah. Aku yang mendengar itu pun hanya mengiyakannya saja. 


    Namun sampai 2 hari ayah masih belum pulang juga. Aku pun sudah dititipkan dirumah bibi untuk menginap di sana sementara. Aku yang tidak tahu apapun merasa senang-senang saja. Hingga saat hari ke 3, aku sedang berada di rumah karena ibu libur bekerja. 


    Hari ini awalnya berjalan lancar-lancar saja seperti biasa. Hingga siang hari, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumah kami. Ibu pun membukakan pintu. Setelah membukakan pintu, ibu terlihat sedikit terkejut karena yang datang ternyata adalah polisi. Meskipun sedikit kaget dengan kedatangan mereka ibu tetap mempersilahkan mereka untuk masuk. 


    "Ada apa ya pak? Sampai harus datang ke rumah saya. " tanya ibu yang penasaran. "Maaf ibu sebelumnya, apakah ada anggota keluarga ibu yang hilang selama beberapa hari ini? " tanya salah satu polisi. Ibu yang mendengar hal tersebut terdiam sebentar. "Iya Pak, suami saya sudah beberapa hari ini tidak ada kabar. " jawab ibu dengan sedikit rasa curiga. "Begini ibu, kami akan menunjukkan sebuah foto. Kalau memang itu suami ibu, tolong beritahu kami. " kata salah satu polisi. 


    Setelah foto itu ditunjukkan, sangat terlihat jelas di mata ibu bahwa itu adalah foto ayahku. Polisi yang sudah yakin pun menceritakan apa yang terjadi sebenarnya. "Maaf ibu, kami menemukan suami ibu sudah tidak bernyawa di salah satu toilet RS. " ucap polisi yang langsung membuat ibu meneteskan air mata. Polisi pun berusaha untuk menenangkan ibu sambil secara perlahan mencari informasi tentang ayah. 


    Aku yang berdiri tidak jauh dari polisi dan ibu merasa bingung dengan apa yang terjadi. Saat itu aku masih sangat kecil, aku belum mengerti apa arti dari ucapan pak polisi tersebut. Aku yang melihat ibu menangis semakin merasa ada yang tidak beres. Namun aku terlalu takut untuk bertanya dan hanya memilih diam. Setelah kejadian itu, ibu menitipkan aku kembali ke rumah bibi. 


    Hari ini aku sedang duduk sambil melihat-lihat koran. Meskipun aku tidak mengerti apa yang tertulis di sana. Namun ada satu hal yang membuat aku tertarik, yaitu ada satu berita yang memberitahu bahwa ada seorang pria bunuh diri dan nama pria tersebut sama dengan nama ayahku. Akupun langsung memberi tau bibi bahwa nama pria tersebut sama dengan nama ayah. Bibi yang terkejut langsung mengambil koran dari tanganku dan berusaha mengalihkan perhatianku. 


    Sudah hampir seminggu aku dirumah bibi. Aku mulai merasa bosan dan ingin pulang. Mal hari ini aku terus menangis ingin pulang dan tidak mau tidur. Ibu pun menjemputku, tentu saja aku sangat senang ketika melihat ibu datang untuk menjemputku. Keesokan harinya ibu berkata bahwa kami akan pergi menemui orang yang spesial. 


    Setelah sampai ditempat yang ternyata adalah rumah duka. Aku pun merasa bingung dan asing dengan tempat tersebut. Ibu segera membawaku masuk kedalam. Kami pun berhenti di depan sebuah peti. Ibu berkata kepadaku untuk menyapa dengan memanggilnya ayah. "Lia, ayo sapa ayah. Bilang ke ayah kalau Lia udah datang buat ngeliat ayah. " ucap Ibu sambil tersenyum kearah ku. Aku pun menuruti apa kata ibu. "Lia udah besar sekarang, udah bisa jaga diri, bisa bantu ibu, jadi ayah tenang aja disana y" ucap ibu kepada ayah sambil menahan tangisnya. 


    Setelah mendengar apa yang ibu katakan. Aku pun merasa ingin menangis, meskipun tidak mengerti dengan keadaan saat itu. Tetap saja ada perasaan sedih di hatiku, apakah itu yang disebut ikatan batin antara ayah dan anak. Ntah lah yang jelas saat itu aku merasa sangat sedih. 


    Setelah hari ini, aku dan ibu menjalani hari-hari kami seperti biasa. Meskipun terkadang aku masih bertanya kepada ibu dimana ayah. Hingga suatu hari aku bermimpi, ayah datang dari atas langit dengan sayap dan cahaya yang ada di tubuhnya.


    Ayah terlihat sangat indah, aku segera menghampiri ayah dan memeluknya. Ayah pun balik memelukku dan aku pun bertanya kepada ayah. "Ayah kemana aja? Lia kangen sama ayah. " ucapku sambil menatap wajahnya ayah yang aku rindukan itu. "Lia sekarang udah besar y, gak kerasa putri kecil ayah udah bisa jaga diri sendiri. " ucap ayah kepadaku. "Ayah sekarang harus pergi, Lia janji ya sama ayah, bantu ayah untuk jaga ibu. Lia juga harus jadi anak yang baik, pintar, dan terus menjadi kebanggaan ayah. " ucap ayah yang mulai membuat ku menangis. "Gak mau, Lia mau ikut sama ayah. Ayah bawa Lia juga ya. " ucapku sambil memeluk ayah. 


    Namun ayah hanya tersenyum dan tiba-tiba cahaya terang menyinari penglihatanku. Setelah mimpi itu, aku selalu berusaha beradaptasi dengan kehidupan baruku. Kehidupan tanpa sosok ayah. Sosok yang seharusnya membimbing dan menjagaku hingga aku dewasa. Beberapa tahun berlalu, selama itu lah hidupku terus berubah. Aku yang dulu ceria, selalu tersenyum, dan menjadi apa adanya. Sekarang semua itu sudah seperti topeng


    Aku sangat sering menangis sendirian ketika rasa rindu kepada ayah sudah tidak dapat dibendung. Aku berusaha untuk baik-baik saja di hadapan ibu. Aku tidak pernah menangis di depan ibu, apalagi memberikan tahu kesedihan ku. Saat ini aku sudah terbiasa dengan kehidupan ini. Kehidupan yang sebagian besarnya hanya kebohongan yang aku perlihatkan. 


    Meskipun terkadang aku merasa ingin pergi ke mana ayah berada. Ibuku selalu menjadi alasan untuk aku tetap berusaha kuat dan terus menjalani hidupku. Namun dengan beginilah aku baru bisa bahagia dan orang disekitarku juga bahagia. Hanya satu harapanku, yaitu aku ingin bertemu ayah sekali lagi dan memberitahunya semua keluh kesahku lalu memeluknya dengan erat. 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

About Me

Perayaan Hari Pahlawan - SMA Santo Paulus Pontianak